RMOL. Politik sesudah Soeharto terjebak dalam lingkaran setan kartel politik.
Begitu
diungkap Dr. Marcus Mietzner, dosen senior Australian National
University saat berbicara dalam seminar terbuka bertajuk Politik
Kartelisasi di Indonesia, di Humboldt Universitaet, Jerman, kemarin
(Selasa, 3/7).
"Mereka mengatur bagaimana politik berproses,
sehingga demokratisasi di Indonesia tidak memperlihatkan perubahan dalam
mutu," kata Marcus.
Dalam kesempatan itu, Marcus mencontohkan
bos-bos kartel politik yang ada setelah Soeharto. Antara lain, Aburizal
Bakrie, Jusuf Kalla, Arifin Panigoro dan Laksamana Sukardi.
Pengamat politik dari UI, Boni Hargens, yang hadir dalam diskusi dan menyampaikan pemaparan Marcus itu kepada Rakyat Merdeka Online, setuju
dengan pandangan tersebut. Menurutnya, tak bisa dipungkiri bahwa memang
sesudah Soeharto jatuh demokrasi kita dibajak oleh orang-orang kaya
atau dalam istilah Jeffrey Winters sebagai oligarki.
"Para
oligarki itu berubah wujud dan modus vivendi menjadi kartel karena
sesudah 1998 peran partai menguat," katanya sesaat tadi (Rabu, 4/7).
Hanya
saja, berbeda dengan Marcus dan ilmuwan lain yang memakai pendekatan
kartel, Boni melihat kekuatan politik sesudah 1998 berada di tangan
kartel oligarkis, bukan hanya kartel politik. Kartel oligarkis adalah
kartel yang berfondasikan oligarki karena pada masa lalu, sebelum
berubah "baju" mereka adalah oligarki murni.
"Sesudah Suharto, mereka masuk partai dan membangun kartelisasi politik," urainya.[dem]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar