Sabtu, 15 Juni 2013

Mengapa PKS 'Mbalelo' terhadap Yudhoyono?

INILAH.COM, Jakarta - PKS makin berani mbalelo di Setgab Koalisi pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). PKS tahu dan yakin bahwa SBY yang sudah merosot pamornya itu, tidak akan berani memecat dari koalisi.
Sebagaimana PKS terjerat korupsi sapi, Demokrat juga sudah terjerembab kubangan skandal Hambalang, Centurygate dan Wisma Atlit, sama-sama dirundung korupsi yang melilit. Meski secara politik tidak pailit.
PKS bahkan membiarkan sikap antipati dari Setgab koalisi makin meninggi sampai para anggotanya ‘makan hati’. PKS tak punya banyak pilihan kecuali melawan kenaikan harga BBM sebagai ‘pukulan balik terakhir’ kepada SBY sebelum elektabilitasnya jatuh di titik nadir. Segala nasehat dan saran SBY kepada PKS nampaknya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Sepi.
PKS sadar bahwa korupsi sapi telah menggilasnya dan ia harus membangun kembali karakternya sebagai partai dakwah untuk bertahan dari dari kemerosotan dan demoralisasi. PKS kini harus bersikap ‘melawan dari dalam’ koalisi semua yang sudah retak itu.
PKS tak perduli apapun penilaian pakar dan publik atas strategi komunikasi politik yang tengah dilancarkannya sekarang ini, yang sering disebut sebagai strategi bermuka dua. Di satu sisi, PKS memprotes kenaikan BBM untuk mendapat simpati masyarakat namun, di sisi yang lain tetap nyaman mempertahankan kadernya di kabinet untuk mendapat kapitalisasi dan investasi politik.
Publik pun mahfum bahwa, turbulensi politik akibat meruyaknya kasus korupsi di tubuh PKS membuat image sebagai parpol yang santun dan bersih menjadi jatuh. “Bayangkan, permainan importasi daging, dana mahar untuk pilkada, mobil dan rumah mewah hasil rasuah sampai pentas wanita cantik ternyata lekat di elit-elit PKS," kata Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi
Memang, mau tidak mau, PKS harus menarik kembali simpati masyarakat dengan menonjolkan sikap pembelaannya terhadap rakyat kecil dengan menolak kenaikkan harga BBM. Sementara SBY sebagai pemegang hak penuh Setgab tak bisa tidak, akibat pamornya yang terus merosot, membiarkan sikap mbalelo yang dijalankan PKS karena SBY juga ‘rawan tembak’ akibat korupsi yang melilit Demokrat. SBY enggan cari musuh mengingat era kepemimpinannya akan segera berakhir.
Saat ini sepertinya SBY dan PKS sama-sama melihat dirinya sendiri, berkaca di cermin yang retak dan memaklumkan kondisi yang serba tidak enak. Apalagi, korupsi politik makin meruak dan bau sengak [berbagai sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar